Imam Syafi'i
Sejarah Imam Syafi'i
Imam Syafi'i adalah salah satu dari imam mazhab dalam ilmu Fikih yang paling banyak diikuti oleh umat Muslim di Indonesia. Ia terkenal sebagai perumus pertama metodologi hukum Islam atau disebut dengan Ushul fiqh melalui kitabnya yang berjudul Ar Risalah.
Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Muhammad bin Idris bin 'Abbas bin 'Usman bin Syafi' bin Saaib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Haasyim bin Abdul Muthalib bin Abdul Manaf. Beliau merupakan satu-satunya imam mazhab yang keturunan Quraisy, nasabnya bersambung dengan Rasulullah SAW melalui Abdul Mandaf.
Imam Syafi'i lahir di Palestina, pada tahun 150 Hijriyah dan wafat pada malam Jumat setelah maghrib pada akhir bulan Rajab, tahun 204 H di Mesir.
Perjalanan Imam Syafi'i dalam Menuntut Ilmu
Imam Syafi'i memulai perjalanan menuntut ilmunya dengan belajar membaca, menulis, dan menghafal Alquran dari ibunya yang bernama Fatimah binti Ubaidillah Azdiyah. Ia merupakan sosok ibu ahli ibadah yang sangat cerdas.
Setelah Imam Syafi'i lahir, Fatimah mengajak anaknya untuk pindah ke Makkah. Imam Syafi'i dibesarkan di Makkah oleh ibunya seorang diri, karena ayahnya, Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi'i, telah meninggal di Gaza.
Ibunya yang cerdas membimbing Imam Syafi'i membaca dan menghafal Alquran. Ketika menginjak umur 7 tahun, Imam Syafi'i sudah khatam menghafal Alquran.
Setelah menyelesaikan hafalan Alquran, Imam Syafi'i melanjutkan dengan menghafal berbagai macam syair-syair Arab dan kitab Al-Muwattha' yang ditulis oleh Imam Malik.
Beliau berkata, "aku menyelesaikan hafalan Alquran pada umur 7 tahun dan menyelesaikan hafalan kitab Al-Mutwattha' pada umur 10 tahun."
Ia melanjutkan studinya dengan berguru kepada Sufian bin Uyainah, salah seorang ahli hadist Mekah dan pembesar Tabi'u Tabi'in yang wafat pada tahun 198 H. Imam Syafi'i juga berguru kepada Muslim bin Khalid Al-Zanji, salah seorang ahli Fikih Mekah dan beliau juga merupakan pembesar Tabi'u Tabi'in yang wafat pada tahun 179 H.
Ketika menginjak umur 13 tahun, yakni tepatnya pada tahun 163 H, Imam Syafi'i berangkat ke Madinah Munawwarah untuk berguru kepada Imam Malik. Beliau merupakan salah seorang ulama hadist sekaligus pakar fikih di Madinah yang wafat pada tahun 179 H. Imam Syafi'i tidak pernah meninggalkan kota Madinah kecuali setelah wafatnya Imam Malik.
Ketika berumur 15 tahun, beliau mendapat rekomendasi dari gurunya Muslim bin Khalid untuk memberikan berfatwa dalam masalah agama.
Pindah ke Baghdad
Pada tahun 184 H, Imam Syafi'i berangkat ke Iraq untuk diadili oleh Harun Al Rasyid atas tuduhan pemberontakan terhadap Khilafah Abbasiyah. Namun akhirnya beliau dibebaskan atas rekomendasi Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani yang merupakan murid terbaik dari Imam Abu Hanifah yang pada saat itu menempati posisi Qadhi pada pemerintahan Abbasiyah.
Setelah dibebaskan dari tuduhan tersebut, beliau menetap di Baghdad. Ia berguru kepada Muhammad bin Hasan AsySyaibani tentang Fikih Hanafi atau Mazhab Ahli Ra’I sampai beliau wafat.
Pindah ke Makkah
Setelah wafatnya Muhammad bin Hasan pada tahun 189,
Imam Syafi’I
meninggalkan kota Baghdad menuju kota Makkah dan
mengisi kajian
Fikih serta memberikan fatwa di masjid Haram. Pada
saat itulah
beliau mulai merintis Mazhab sendiri yang berbeda
dengan kedua
gurunya yaitu Imam Malik dan Muhammad bin Hasan.
Kembali ke Baghdad
Setelah menetap selama 6 tahun di Makkah, Imam Syafi'i meninggalkan Tanah Suci dan kembali menuju Baghdad pada tahun 195 H. Tujuan beliau kembali lagi ke Baghdad adalah untuk mengembangkan dan menyebar luaskan mazhabnya.
Selama berada di Baghdad, beliau berhasil menulis kitab dalam bidang Usul Fikih yang berjudul al-Risalah dan dalam bidang fikih yang berjudul al-Hujjah atau yang lebih dikenal dengan mazhab Qadim.
Beberapa murid beliau di Baghdad adalah Imam Ahmad bin Hambal, Abu Tsaur al-Kalbi, Abu Ali al-Karabisi, dan Hasan al-za’farani.
Pindah ke Mesir
Pada tahun 199 H, Imam Syafi’I berangkat menuju Mesir untuk menyebar luaskan mazhabnya. Beberapa murid beliau selama berada di Mesir adalah Abu Yaqub al-Buwaithi, Ismail al-Muzani, dan Rabi’ al-Muradi
Ketika berada di Mesir, beliau banyak merevisi fatwanya dengan yang baru atau yang lebih dikenal dengan Mazhab Jadid yang dicantumkan dalam kitab beliau yang berjudul al-Umm. Beliau menghabiskan masa hidupnya di Mesir hingga wafat pada tahun 204 H.
Komentar
Posting Komentar